64 % Remaja Bali Tahu Mirisnya Air Bersih, Namun 76% Sering Memboroskan Air

“Saya sering tuh membiarkan air terbuang, terutama saat menghidupkan keran. Kadang sampai 1 jam,” ujar  Chandra dengan polos tentang kesehariannya yang sering membuang air sia-sia. Namun anehnya, ia mengaku tahu air bersih di Bali sudah terbatas.

air1

Masalah  krisis air bersih di manapun sudah menjadi masalah yang cukup pelik dalam kehidupan sehari- hari. Di Bali sendiri seperti yang dapat dikutip dari data  WALHI Bali, Masalah krisis air terjadi merata kecuali di lokasi tertentu yang masih dekat danau. Rata-rata debit air di sejumlah sungai, waduk, dan danau dilaporkan telah turun drastis setiap tahun khususnya bulan Agustus sampai Oktober.

Menurut laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia bahwa telah terlihat sejak tahun 1995 defisit air di Bali sebanyak 1,5 miliar m³per tahun. Defisit terus meningkat hingga 7,5 miliar m³per tahun tahun 2000. Kemudian, diperkirakan pada tahun 2015 defisit air di Bali akan kekurangan air sebanyak 27,6 miliar m³per tahun. Kemudian lebih jelas lagi yang dilaporkan LP3B (Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Pembangunan Bali) bahwa satu keluarga Bali memerlukan air rata-rata 100 liter per hari, sedangkan kamar hotel membutuhkan, 200 liter per hari per kamar yang tercatat sebanyak 15.906 unit (1999) membutuhkan air rata-rata 3.181.200 liter per hari. Belum lagi jumlah kebutuhan rumah tangga mencapai 76.335.000 liter untuk 7763.550 Kepala Keluarga (KK).

Selanjutnya, menurut pengamatan Walhi Bali dari tahun 2006 – 2007 saja, sejumlah daerah tercatat mengalami krisis air, antara lain: Tirta Mas Mampeh di Kintamani, Denpasar, Negara, Batu Agung, Singaraja, Besakih (Karangasem), Semarapura (Klungkung), dan Nusa Penida. Perosalan krisis air di Bali berdampak pada kehidupan sosial. Krisis air di Bali telah memicu konflik antar warga dengan warga, petani dengan petani, petani dengan perusahaan air minum. Beberapa kasus konflik masalah air yang muncul di media lokal antara lain; ketegangan antara warga subak dengan pihak swasta di Jatiluweh, Kabupaten Tabanan.

“Terkait dengan data-data yang kami dapatkan, kami sangat mengharapkan kesadaran untuk menghemat air bersih,” tutur Agung Wardana, direktur WALHI Bali dengan prihatin. Ia menyampaikan bahwa keengganan masyarakat Bali khusnya remaja merupakan momok dalam upaya penghematan air bersih. Menurutnya seluruh lapisan masyarakat terutama remaja sebagai manusia produktif  sangat diharapkan. (teks : linapw)

 

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *