Ber’aksi’ di dunia maya, Menabur Kreatifitas-Menuai Dolar

Awalnya tidak terlintas di kepala Karen Ujihashi (17 tahun) dan Bagus Andryan(15 tahun) untuk mendapatkan uang dari hobby mereka menulis atau mengorat- oret gambar. Mereka hanya menjalani kegemaran mereka dipoles dengan sedikit pengetahuan terhadap dunia maya. Siapa sangka ternyata dua remaja SMA ini sekarang bisa berpenghasilan hingga 100 dollar bermodal kreatifitas dan laptop serta koneksi internet.

“Dulu saya hanya iseng, namun sekarang keterusan,” ujar Karen- sapaan akrab siswi kelas 2 SMA Tunas Daud ini malu- malu. Ia mengawali kiprahnya di dunia bisnis online sejak kelas 1 SMP. Kala itu, ia menuturkan ketertarikannya dengan beberapa online community yang membuat diri secara virtual di dunia maya. Mengingat hobi desain yang ia tekuni, tentu Karen merasa sangat senang dengan ‘penemuan’nya seputar dunia tersebut di internet. Di komunitas ini, ia mengaku biasa menjual gambar avatar yang ia buat. Gadis penyuka Rambutan ini bahkan sempat membuat sebuah toko jual beli gambar online. Namun saat itu gambar- gambarnya hanya dibayar dengan uang mainan. Karen yang aktif di klub jurnalistik sekolah ini tidak patah semangat, Ia mulai mencari- cari lagi situs- situs yang bisa membangun bakatnya dalam mendesain dan berwirausaha. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah situs yang bersedia membayar gambarnya dengan uang sungguhan.

Dengan menemukan situs jual beli gambar dengan uang sungguhan, gadis keturunan Jepang ini dapat menyalurkan hobinya dengan lebih menguntungkan. Karen mulai menjual gambar- gambarnya dan mendapatkan klien dari seluruh dunia. Range harga yang ditawarkan Karen cukup murah yaitu 50 ribu untuk gambar ukuran kecil dan 100-150 ribu untuk gambar yang lebih rumit dan ukuran besar. Untuk menentukan harga, biasanya putri tunggal dari Hiroaki dan Kaoru ini kerap bertanya pada teman- temannya di komunitas gambar online. Hal itu dilakukan agar ia bisa memperkirakan berapa harga yang pas untuk sebuah gambar buatannya. Pembayaran sendiri dilakukan melalui paypal atau rekening online. Kita bisa mendaftar asalkan memiliki kartu kredit. Nantinya uang- uang yang sudah didapatkan di paypal setelah dirupiahkan bisa diambil di bank seperti biasa.

Kalau Karen berbisnis online dengan menjual gambar- gambar buatannya, lain halnya dengan Andryan. Siswa kelas 1 SMA Santo Yoseph ini lebih tertarik dengan dunia menulis. Namun sama seperti Karen, Andryanpun memulai bisnis onlinenya dengan iseng belaka. Ia mulai tahu tentang bisnis online sejak kelas 2 SMP sejak memiliki blog pribadi. Berbekal sebuah blog yang awalnya berisi kegiatan harian dengan polesan humor, Andry mulai melanglang dunia maya. Pria yang bercita- cita menjadi novelis ini mendaftar di sebuah situs penyalur review online. Dengan mengikuti situs itu, Ia bisa dibayar asalkan mereview jasa atau barang dari perusahaan orang lain. Setelah ia mendapatkan hasil nyata, Andry mulai serius menekuni lahan dollarnya.

Pria penggemar pokemon ini bercerita bahwa proses mendapatkan uang dari internet itu tidak terlalu sulit. Dulunya ia hanya suka browsing dan memakai situs pertemanan saja. Begitu ia tahu bisa mendapatkan dollar dari internet, ia mulai rajin browsing tentang bisnis online tersebut. Di dunia maya bertebaran semacam ‘penyalur’ blogger yang ingin mencari pendapatan dari dunia maya. Di situs- situs penyalur tersebut, kita bisa mendaftarkan diri kita dan mulai menunggu klien yang datang untuk direview. Begitu klien- klien itu berdatangan, maka dollarpun dengan lancar akan mengalir ke rekening kita. Tentunya si penyalur sendiri mendapatkan persenan dari hasil kerja kita. Persenan itu berbeda- beda jumlahnya tergantung situs penyalur yang kita ikuti. Nanti uang- uang hasil kerja kita akan ditransfer ke paypal kita dan bisa kita nikmati setelah dirupiahkan. Karena gampangnya melakukan bisnis online, di dunia maya sudah banyak kita temui blogger- blogger yang juga berkecimpung dalam bisnis online. Andryan sendiri sudah mendapatkan hasil kerjanya bahkan dari usia yang sangat muda.

“Kelas 2 SMP saya udah dapet hasilnya, tapi belum punya paypal, hangus deh duitnya,” tutur Andyan sambil tersenyum kecil. Karena keterbatasan itulah ia akhirnya di kelas 3 SMP menghentikan aksinya di dunia maya. Namun tentu sekali mengecap keuntungan, akan ingin merasakan lagi, hal itu juga yang dialami oleh Andry. Ia kembali melancarkan aksinya berbisnis online saat kelas 1 SMA. Berbekal paypal barunya, Andry memasuki beberapa penyalur review online. Kini ia bahkan bisa meraup 100 dollar tiap bulan karena ketekunannya ‘beraksi’. Menurut anak pertama dari pasangan I Pt Tresna dan I Gst Ag Md Ayu Widya ini, banyak hal yang harus dijaga dalam berbisnis online. Salah satu yang paling penting ialah kepopuleran blog sendiri. Karena dengan blog yang populer maka job akan mengalir dengan deras.

Andryan sendiri mencari job- job ini bukan tanpa alasan. Ia percaya seharusnya remaja sekarang tidak menyusahkan bahkan membebani orangtua mereka dengan gaya hidup. Maka pria yang juga memiliki hobi menyanyi ini berusaha memenuhi sendiri kebutuhan lainnya seperti membeli barang yang ia perlukan. Hal serupa juga disampaikan Karen. Menurut Gadis yang lahir 17 tahun lalu ini, ia berusaha mandiri dan tidak bergantung pada orangtua sejak dini.

“Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi pada orangtua kelak, maka saya berusaha mencari uang sendiri dari sekarang. Itupun anjuran ayah saya kok,” ucap Karen sembari tersenyum simpul. Lagipula menurut gadis yang berangan- angan membuat komik yang akan mengubah dunia ini dengan berbisnis online ia sudah berinvestasi dengan baik juga sebagai pembuktian dirinya melalui kreatifitas yang dimiliki.

Hal serupa diutarakan oleh Andyan, ia percaya dengan berjejaring di dunia maya melalui blog, selain menambah kreatifitas, ia juga bisa sharing ilmu dengan penghuni dunia maya lainnya. Selain blog, Andryan dan Karen juga kerap menggunakan Facebook, Twitter dan situs jejaring sosial lainnya untuk mencari teman baru dan mempromosikan jasa- jasa mereka.

Air Bersih, Cuma Sepotong Dongeng?

Brrryoook… brrryoook… Seorang pria tua berkulit hitam nampak menuangkan berember-ember air berwarna abu ke sebuah wadah besar di bawah tanah. Peluh mengucur deras, membasahi setiap senti wajah keriputnya. Namun lengannya tiada henti bergerak. Tak dipedulikannya bau busuk yang menguar dari air itu.

Rasa lelah datang berkali-kali menggodanya. Namun ia tetap menuangkan air itu. Sesekali matanya mengerling sungai penuh sampah di sebelah rumah tempatnya tinggal bersama keluarga. Sungai itu tak kalah bau dari air abu yang dari tadi digarapnya.

Huda nama pria itu. Perantauan asal Banyuwangi itu memang sudah bertekad hidup tanpa jorok. Ia selalu mengolah limbah rumah tangganya sendiri. Entah dijual lagi, entah dipakai sendiri. Apalagi tempat tinggalnya di kawasan Pucuk Sari Ubung memang sangat tak terkendali kesehatannya.

“Dulu, sebanjar sini sakit diare dan muntaber ‘gak tau penyebabnya apa,” ujar Huda berdecak. Ia mengakui ketidaktahuan penduduk lingkungannya tentang lingkungan menjadi penyebab beberapa penyakit. Setelah diusut lebih lanjut, ternyata asal penyakitnya dari sumur resapan air yang sudah terkontaminasi.  Begitu sakit, barulah seluruh warga mulai sadar pentingnya menjaga lingkungan.

kondisi sungai di kawasan pucuk sari
kondisi sungai di kawasan pucuk sari

Asal kontaminasi itu di ketahui merupakan resapan dari septi tank warga yang tak pernah dikuras. Belum lagi warga-warganya yang asal saja membuang limbah-limbah mereka di sungai kecil yang melewati daerah itu. Di wilayah Pucuk Sari, warganya kebanyakan perantau yang memiliki usaha-usaha kecil. Contoh saja pengolahan tahu dan tempe, pembuatan nasi bungkus hingga goreng-gorengan. Banyak diantara mereka yang membuang limbahnya di sungai tersebut.  Terlebih lagi resapan air septic tank warga yang belum pernah dikuras.

“Kotoran dari Septic tank warga yang tak pernah dikuras akhirnya meresap dan mencemari air tanah. Itu sangat berbahaya,” ujar Dewa Alit Setiarsa, Program Manager BaliFokus.  Menurutnya, kandungan bakteri yang terdapat dalam kotoran manusia bisa menimbulkan berbagai penyakit, terutama bakteri E-coli. Lambat laun, bilamana mengendap dalam waktu lama, tentu air resapan seperti sumur dan sungai sekitar akan sangat tercemar.

Hal serupa juga disampaikan oleh A.A. GA Sastrawan, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Bali. Ia menuturkan keprihatinannya terkait isu pencemaran air. Dari banyaknya permasalahan air, isu kontaminasi cukup banyak menimbulkan kerugian. Mulai dari kesehatan hingga berkurangnya air bersih. Apalagi menurut laporan Dinas Lingkungan Hidup tahun 2009, rumah tangga di Bali dan NTB mengambil 33% dari jumlah total kebutuhan air, yang kalau dihitung bisa mencapai 5,3 juta meter kubik pertahun. Mirisnya, hasil survei tahun 2007, dinyatakan 23% penduduk tidak memiliki jamban sendiri dan sangat memungkinkan pencemaran air melalui resapan kotoran. Kalau dibiarkan seperti ini, menurutnya dalam waktu 10 tahun lagi, air resapan tak akan bisa dimanfaatkan kembali. Iapun menambahkan pentingnya peran seluruh masyarakat dalam hal ini, apabila kita masih ingin menikmati air bersih di kemudian hari. Diperlukan sosialisasi dengan pendekatan masyarakat untuk menyadarkan bahaya sanitasi air.

Demi menyadarkan bahaya sanitasi, BaliFokus bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup sejak 2002 lalu membuat sistem Sanitasi Masyarakat (SANIMAS) agar masyarakat dapat mengelola sendiri limbah mereka, terutama di perkampungan kumuh. Saat ini sudah 13 titik yang terjangkau di seluruh Bali, dengan 6 titik di kota Denpasar. Wilayah Pucuk Sari, kediaman keluarga Huda adalah salah satunya. Masyarakat diberikan sebuah pembelajaran mengelola sendiri limbah cairnya agar air resapan tetap terjaga kebersihannya.

Sejak saat itu, terlihat Huda dan istri menuangkan air abu- limbah cair mereka kedalam penampungan limbah untuk diolah kembali sebagai biogas atau kompos. Air bersih, tak hanya sepotong dongeng, bukan?

(tulisan & foto : linapw)