Awal Petualangan
Tanganku bergetar cukup hebat saat melihat nomor telpon di layar hapeku. Itu nomor Jakarta. Tidak mungkin salah. Sembari mengira-ngira siapa gerangan nomor yang meleponku, aku keluar dari Jeep biru butut tapi tetap terlihat tangguh milik ayah kawan Torajaku Beatrice.
Percakapan singkat terjadi dan aku akhirnya tahu si penelepon berasal dari IIEF Jakarta, sebuah lembaga beasiswa yang memang sedang kutunggu-tunggu pengumumannya. Percakapannya kurang lebih begini :
“Lina nanti mau tamat kapan?”
“Agustus mbak, atau November,” jawabku dengan ragu, karena memang belum memikirkan skripsi sama sekali.
“Oh, selamat ya kamu lulus IELSP dan akan berangkat ke Kansas, apakah kamu ada kegiatan Juli nanti?”
“Ah yang benar mbak?”
“Benar kok,” setelah lama baru saya tahu mbak itu bernama mbak ChiChi
“Saya mau pingsan nih mbak,”
“Eeeh, jangan pingsan, bisa kan nanti ke Kansas,”
“Iya mbak, bisa, bisa banget, bagaimana prosedur selanjutnya?”
“Nanti akan dihubungi lagi via email dan lain sebagainya. Selamat yaa, juga kami akan bersurat sebagai pemberitahuan”
“Iya mbak, horeee” ujarku terlambat girang. Dengan hati sangat berdebar aku menutup telpon, tak bisa menyembunyikan senyum.
Lengkap sudah rasanya kebahagiaanku Desember itu. Kebetulan memang aku sedang ada di Toraja, kampung halaman sahabat baruku, Beatrice. Perjalanan yang serba kebetulan dan tak kurencanakan sebelumnya. Kebetulan pula ternyata ada kegiatan Rambu Solo – pesta kematian besar-besaran masyarakat Toraja yang memang kerap dilakukan namun tidak pasti jadwalnya.
Hari itu aku dan keluarga kawanku baru saja pulang dari kegiatan Rambu Solo yang cukup besar dan meriah, cukup bahagia karena aku merasa beruntung mendapat kesempatan menyaksikan Rambu Solo di perjalanan yang tidak kurencanakan dan persiapkan secara matang, aku merasa lebih bahagia lagi karena diberikan informasi yang bisa membuat kakimu menjadi jelly saking senangnya. Setelah itu aku menghubungi ibuku dan beliaupun sepertinya melonjak kegirangan sepertiku saat ditelpon tadi.
Amerika, benua yang cukup kudamba untuk kudatangi, kini benar-benar akan kuinjakkan kakiku di sana. Ah apa yang lebih mengangetkan dan menggirangkan daripada mimpi yang jadi nyata?
Lina PW, 29 Mei 2012,
Di atas pesawat menuju pergantian gelap menjadi terang